Jepang berupaya keras menarik warga asing untuk mendongkrak ekonominya yang lesu. Namun, persepsi bahwa jumlah warga asing terlalu banyak kini memicu pembentukan gugus tugas baru, terutama menjelang pemilu nasional 21 Juli.

Masalah ini menjadi agenda politik menjelang pemilu majelis tinggi, terutama karena adanya partai kecil garis keras seperti Sanseito yang mendorong kebijakan “Utamakan Jepang”, serupa dengan retorika nasionalis Presiden AS Donald Trump.

Perdana Menteri Shigeru Ishiba pada Selasa meluncurkan gugus tugas bernama Kantor Promosi Masyarakat Hidup Berdampingan Harmonis dengan Warga Asing, dengan alasan meningkatnya kasus “kriminalitas atau perilaku mengganggu” oleh sebagian warga asing serta penyalahgunaan layanan publik.

Meski Jepang dikenal dengan kebijakan imigrasi yang ketat dan budaya yang cenderung isolasionis, jumlah pekerja dan wisatawan asing terus meningkat akibat krisis demografi: populasi menua dan angka kelahiran rendah.

Fungsi Gugus Tugas:

Gugus tugas ini akan bertindak sebagai pusat kendali yang menangani isu-isu seperti imigrasi, pembelian tanah oleh warga asing, serta tunggakan iuran jaminan sosial. Pemerintah juga berencana menolak visa atau masuk kembali ke Jepang bagi wisatawan dan penduduk asing yang menunggak tagihan medis.

Mengapa Masyarakat Jepang Frustrasi?

Meski warga asing hanya 3% dari populasi Jepang (3,77 juta dari 120 juta), lonjakan wisatawan asing sangat terasa. Dalam paruh pertama 2025, jumlah turis mencapai rekor 21,5 juta. Warga lokal mengeluhkan keramaian, inflasi, kekurangan bahan makanan (seperti beras), dan laporan warga asing yang menghindari asuransi kesehatan.

Beberapa warga juga percaya bahwa pekerja asing “mengambil” lapangan kerja orang Jepang, serta adanya ketidaksesuaian budaya.

Apakah Keluhan Tersebut Valid?

Profesor Sosiologi Shunsuke Tanabe menyebut banyak persepsi negatif terhadap warga asing muncul dari klaim menyesatkan di media dan kampanye politik. Padahal, data kriminalitas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara warga asing dan warga Jepang.

Mengapa Masalah Ini Muncul Sekarang?

Partai Sanseito semakin populer karena retorika anti-imigran mereka, yang bisa melemahkan posisi partai berkuasa LDP. Untuk mengatasi tekanan politik, Ishiba membentuk kantor ini sebagai sinyal ketegasan terhadap isu warga asing.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa perlakuan keras terhadap warga asing justru bisa menghambat upaya Jepang untuk merekrut tenaga kerja asing yang sangat dibutuhkan.

Mengapa Jepang Butuh Pekerja Asing?

Angka kelahiran di Jepang turun ke rekor terendah (1,15) pada 2024, jauh di bawah angka 2,1 yang dibutuhkan agar populasi stabil. Karena itu, Jepang melonggarkan aturan visa dan memperkenalkan skema “pekerja berketerampilan khusus” untuk sektor seperti perawatan, konstruksi, dan penerbangan.

Ishiba menegaskan bahwa demi menjaga pertumbuhan ekonomi, Jepang harus terbuka terhadap masyarakat internasional.

Sumber;

https://edition.cnn.com/