10 Aturan Tak Tertulis di Jepang (yang Mungkin Akan Anda Langgar)
12 Sep 2025 - oleh : KarirJepang.id
12 Sep 2025 - oleh : KarirJepang.id
Jepang terkenal dengan norma sosialnya yang tidak tertulis. Bagi orang lokal, aturan-aturan ini sudah mendarah daging sehingga dilakukan secara alami, tetapi pengunjung tentu tidak mendapat “buku panduan” yang sama. Akibatnya, sering kali turis melakukan kesalahan yang kadang memalukan. Aturan-aturan tak tertulis ini tidak selalu ada di buku panduan wisata, tetapi banyak orang Jepang tetap mengharapkan turis untuk memahaminya dan mematuhinya.
Hampir mustahil untuk tidak melakukan satu atau dua kesalahan—kadang justru karena terlalu sopan. Beberapa hal sebenarnya hanyalah akal sehat, seperti tidak berisik di dalam kereta. Masalahnya, turis yang berperilaku buruk mulai menjadi isu di Jepang. Mengetahui beberapa kesalahan umum seperti di bawah ini dapat membantu Anda menjadi tamu yang sedikit lebih baik.
Di Jepang, uang disebut o-kane—awalan o menunjukkan rasa hormat. Karena itu, dalam transaksi sehari-hari, uang biasanya diletakkan di nampan kecil yang tersedia di kasir. Memberikan uang langsung ke tangan staf bisa dianggap kurang sopan, terutama di tempat formal.
Berpegangan tangan boleh saja, tetapi berpelukan, berciuman, atau bersandar di pasangan bisa menarik perhatian yang tidak nyaman. Jepang menghargai pengendalian emosi di ruang publik, sehingga kemesraan lebih dianggap wajar dilakukan di rumah.
Budaya mandi di Jepang bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga ritual. Di onsen (pemandian air panas) atau sento (pemandian umum), ada aturan tak tertulis:
Di Jepang, tip tidak diharapkan. Malah bisa membuat staf merasa canggung. Biaya layanan biasanya sudah termasuk dalam tagihan. Cara terbaik menunjukkan apresiasi adalah dengan mengucapkan tulus arigatou gozaimasu dan menjadi pelanggan setia.
Ketertiban sangat penting. Di Tokyo, orang berdiri di kiri dan berjalan di kanan; di Osaka sebaliknya. Jangan memotong antrean, baik di eskalator maupun saat naik kereta.
Memberi makanan langsung dari sumpit ke sumpit orang lain menyerupai ritual kematian di Jepang. Jika ingin berbagi makanan, gunakan ujung sumpit yang bersih atau berikan piringnya.
Jepang menghargai kebersihan tanpa aroma menyengat. Parfum atau bau menyolok dianggap meiwaku (mengganggu) di ruang publik. Gunakan wewangian yang sangat ringan—atau tidak sama sekali.
Meniup hidung dengan tisu di depan umum dianggap tidak sopan, terutama di kereta atau ruang tenang. Biasanya orang Jepang lebih memilih menahan sampai menemukan tempat pribadi, seperti toilet.
Nama di Jepang biasanya disertai akhiran seperti -san atau -sensei. Mengabaikannya bisa dianggap kasar, kecuali pada teman dekat. Jika ragu, gunakan -san.
Baik kartu nama, kartu kredit, atau hadiah, semuanya sebaiknya diberikan dengan dua tangan sebagai tanda hormat. Bahkan kasir minimarket pun biasanya mengembalikan uang kembalian dengan dua tangan.
Seperti bahasanya, budaya Jepang lebih banyak tentang apa yang tidak diucapkan. Aturan sosial ini bisa terasa seperti tarian dengan langkah yang belum Anda kuasai. Namun kabar baiknya, orang Jepang biasanya cukup memaklumi kesalahan orang asing.
Sikap terbaik adalah tetap rendah hati dan terbuka untuk belajar. Semua orang pernah salah—bahkan orang lokal pun.
Sumber;
https://blog.gaijinpot.com/