Sejarah Toro Nagashi, Festival Lentera Mengapung Jepang yang Memesona
09 Oct 2025 - oleh : KarirJepang.id
09 Oct 2025 - oleh : KarirJepang.id
Festival yang indah dan penuh makna spiritual, Toro Nagashi (secara harfiah berarti “lentera terapung”), merupakan salah satu acara penting dalam kalender tahunan Jepang. Setiap bulan Agustus, ribuan lentera Jepang dilepaskan ke sungai, secara tradisional untuk menandai berakhirnya O-bon, festival Buddhis yang menghormati arwah leluhur. Berikut adalah sejarah festival lentera ini dan bagaimana pengunjung dapat ikut merasakannya di Jepang.
Selama tiga hari di akhir Agustus setiap tahun, ribuan lentera Jepang dilepaskan saat senja dalam festival Toro Nagashi untuk mengenang arwah orang yang telah meninggal. Pemandangan yang dihasilkan begitu menakjubkan — permainan cahaya dan kegelapan saat lentera perlahan melayang menjauh hingga sinarnya memudar di kejauhan.
Dalam hal jumlah peserta, Toro Nagashi merupakan perayaan terbesar kedua di Jepang setelah malam Tahun Baru. Banyak warga Jepang yang mengambil cuti untuk pulang ke kampung halaman dan berpartisipasi. Festival ini bisa dilakukan dalam lingkup kecil keluarga untuk mengenang kerabat yang telah tiada, atau dalam skala besar sebagai peringatan bagi para korban bencana alam dan perang.
Selama perayaan O-bon, diyakini bahwa arwah leluhur kembali ke rumah mereka untuk sementara waktu. Untuk membantu mereka menemukan jalan pulang, dinyalakan mukaebi (“api penyambutan”). Keluarga kemudian mengunjungi makam leluhur sambil berbagi cerita tentang kejadian dalam setahun terakhir — seperti kelahiran, pernikahan, atau pekerjaan baru — serta meninggalkan sesaji berupa makanan.
Toro Nagashi secara resmi dimulai saat arwah-arwah tersebut bersiap kembali ke alam roh. Keluarga-keluarga berkumpul untuk menuntun arwah menuju laut dengan menggunakan lentera tradisional yang menyala dengan lilin (toro). Dalam kepercayaan Jepang, semua manusia berasal dari air, sehingga lentera-lentera ini melambangkan kembalinya roh kepada unsur asalnya.
Toro Nagashi sering disebut juga sebagai Festival Pemulihan, yang berkaitan dengan asal-usulnya yang penuh duka. Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1946 untuk mengenang korban yang meninggal akibat serangan bom Amerika Serikat di Tokyo dan kota-kota lain selama Perang Dunia II.
Oleh karena itu, perayaan berskala besar biasanya diadakan di tempat-tempat seperti Hiroshima, di mana sekitar 10.000 lentera dilepaskan. Di Tokyo, festival di Asakusa yang berlangsung di Sungai Sumida memperingati korban Gempa Besar Kanto tahun 1923.
Berbeda dengan beberapa festival Jepang lainnya, Toro Nagashi sangat mudah diikuti oleh pengunjung. Selain hanya menonton lentera yang mengalir di sungai, Anda juga dapat ikut serta dengan membawa lentera sendiri atau membeli lentera siap pakai seharga sekitar ¥1.500 (sekitar Rp160.000).
Di sebagian besar festival besar, disediakan meja khusus tempat pengunjung dapat menghias lentera dengan gambar atau tulisan harapan. Misalnya, di festival Asakusa, area workshop berada di dekat tempat penjualan lentera.
Festival Toro Nagashi gratis untuk disaksikan, tetapi sebaiknya datang lebih awal karena tepi sungai biasanya sangat ramai. Bagi yang ingin melepaskan lentera sendiri, biasanya harus antre hingga satu jam. Setelah tiba di tepi sungai, petugas akan menyalakan lentera Anda sebelum dilepaskan.
Selain pemandangan lentera, pengunjung juga dapat menikmati musik tradisional dan tarian O-bon (Bon Odori). Tarian ini awalnya diciptakan untuk dilakukan dengan mengenakan yukata (kimono musim panas), dan masih sering dilakukan hingga kini. Gerakan tarian yang sederhana dan penuh makna ini melambangkan doa untuk panen yang baik dan keberuntungan. Karena yukata membatasi gerak tubuh, gerakan Bon Odori dibuat mudah dipelajari, menjadikannya pertunjukan tradisional yang sangat ramah bagi siapa pun.
Selain Toro Nagashi, terdapat berbagai festival cahaya terkenal di seluruh dunia.
Baik di Nagano, Kyoto, Hakone, maupun Tokyo, Jepang adalah negeri yang tak ada habisnya untuk dijelajahi. Cara terbaik untuk mengenal Jepang secara autentik adalah dengan mengikuti tur multi-hari bersama pemandu lokal berpengalaman, seperti yang tersedia dalam berbagai paket wisata budaya Jepang.
Sumber;
https://theculturetrip.com/